Monday

Perubahan Iklim Meminta Perubahan Sikap Penghuni Bumi



















Andi Superi - suaraPembaca

Jakarta - Cuaca yang membalut Kota Jakarta di beberapa pekan terakhir ini terasa semakin tak bersahabat. Suhu udara dalam kondisi berawan yang rata-rata hampir mecapai 35 derajat celcius. Tajamnya angin malam membuat sebagian masyarakat enggan untuk melakukan aktivitas di luar ruangan.

Ketidakpastian musim dan peningkatan suhu saat ini berdampak pada melemahnya daya tahan tubuh sehingga masyarakat sangat potensial terjangkit berbagai macam virus penyakit. Dampak perubahan iklim yang telah menjadi isu di beberapa tahun terakhir ini seolah kian nyata.

Peringatan pemanasan global yang dihembuskan para ahli dan berbagai lembaga penelitian iklim bumi telah menampakkan kebenarannya. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah mengakibatkan banyaknya radiasi panas dari bumi yang terperangkap di atmosfer dan kemudian dipancarkan kembali ke bumi. Dan, tentu saja kita sama-sama mengetahui jika ketergantungan dan konsumsi energi yang dihasilkan dari sumber-sumber energi fosil merupakan salah satu faktor penyebab terbesarnya.

Ungkapan yang menyatakan bahwa dampak perubahan iklim lebih mengerikan daripada perang nuklir sepertinya bukanlah sebuah ungkapan kosong. Jika para peneliti, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau disebut International Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa suhu permukaan bumi dalam 25 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 0,18 derajat celcius per dekade, dan sementara itu perkiraan peningkatan temperatur bumi pada tahun 2050 mencapai 2 hingga 3 derajat celcius, maka dapat dibayangkan seperti apa hari-hari esok yang akan kita dan anak cucu kita lalui.

Dan, inilah fakta ironinya. Jika negeri ini negeri tropis yang sepatutnya menyuplai oksigen dan menjaga lapisan ozon, ternyata merupakan negara yang menempati urutan ketiga di dunia dalam hal menyumbangkan emisi gas rumah kaca terbesar. Namun, sekali lagi kita harus mengurut dada dan mengakui bahwa kenyataan ini bukanlah suatu hal yang mencengangkan. Mengingat betapa kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat kita dalam menciptakan perilaku cinta lingkungan dan pemanfaatan energi secara bijak.

Lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas hal ini. Adalah kesalahan besar jika kita terus hidup dalam budaya mencari kambing hitam atas setiap permasalahan. Negeri ini tidak membutuhkan wacana dan retorika belaka.

Negeri ini menginginkan kita untuk bersatu dan bersama-sama melakukan tindakan nyata dalam menghadapi kondisi yang terjadi. Bukan untuk terus menerus bergumul dengan kepentingan pribadi dan golongan semata. Mari kita bersikap atas nama penghuni bumi untuk berjuang bersama-sama menghadapi perubahan iklim yang mengancam bumi ini.

Andi Superi
Jl Plaju No 17 Dukuh Atas Jakarta Pusat
andi_superi@yahoo.com
081288981494

saving energy team Aston Rasuna - Jakarta

No comments: